Genre : Sad
Romance, Supernatural
Length : One shoot
Main Cast : - Lee
Donghae
- Han Soojin
Rated : General
Facebook : Dewi Ariyanti Puspita s
Twitter : @dewiari26
Blog : dewiariyanti13elf.blogspot.com
Discalaimer :
sebuah fanfiction yang dibuat untuk menyampaikan rasa cinta penulis pada
idolanya. penggunaan tokoh bukan untuk merusak karakter asli tokoh. Jika ada alur
, setting cerita yang sama harap dimaklumi. Fanfiction ini di buat dari sebuah
imajinasi author.
Warning :
typo bertebaran dimana-mana , tidak menggunakan EYD yang tepat harap
dimaklumi. Karena author pun manusia
yang bisa berbuat salah.
--------------Happy Reading Guys!!-------------
“Tiap orang memiliki kenangan dalam
hidupnya, tidak peduli seberapa keras mereka
mencoba. Kenangan tidak akan
terhapus begitu saja.”
Soojin POV
Melihat langit berdua, itulah
satu-satunya hal yang tak berubah. Tapi apa jadinya jika kini hal itu
akan
berubah seiring berjalannya waktu. Membayangkannya saja aku ingin menangis
walaupun
aku tidak ingin menangis. Kau
tau ‘oppa’ mereka semua sedang membicarakanmu.
Mereka menangis , dengan perasaan
kehilangan yang sangat besar. Dan kau tau oppa diantara
mereka semua yang
menangisimu, hanyoung eonni kekasihmu dia bahkan tidak berniat untuk
meninggalkan altar bukankah itu cinta yang sangat besar.
Aku tidak ingin berlama-lama
berada didalam ruang duka ini. Jadi lebih baik aku menenangkan
pikiranku
terlebih dulu. Aku hanya akan pergi keluar sebentar dan memakan permen yang
kita
sukai. Langit biru sangat indah hari ini, andai kita masih bisa melihat
ini bersama-sama mungkin
akan sangat menyenangkan. Tapi kenyataannya aku hanya
menikmati hari ini sendirian. Apa aku
egois karena ketika mereka semua bersedih
aku bahkan tidak bisa menunjukan kesedihanku.
“Donghae oppa apa yang sedang kau
lakukan sekarang.”
*******
Kenapa angin sangat kencang hari
ini? Bukankah ini musim panas, tapi hembusan angin hari ini
seperti hembusan
angin ketika musim semi. Aku terus melangkahkan kakiku kearah taman, entah
kenapa kakiku terus melangkah ke arah taman tanpa ku suruh. Bukankah taman
adalah tempat
dimana kita pertama kali bertemu ketika smp.
Tiba-tiba seperti ada seseorang
yang memanggilku dan suara itu aku sangat mengenalnya. Tapi
orang yang memiliki
suara itu dia sudah tidak berada di dunia ini lagi, Apa ini sebuah halusinasi.
Kalaupun ini bukan sebuah halusinasi aku berharap ini menjadi nyata karena aku
ingin bertemu
denganmu sekali lagi. Zrassh ... suara angin yang menerpa
dedaunan ternyata sudah membuatku
mengatakan hal bodoh yang akan menyulitkanmu.
“soojin-ah...”
DEG...DEG...DEG
Suara itu sangat dekat, apa
permintaanku menjadi nyata. Kuberanikan membalikkan tubuh ini
dengan perasaan
senang,sedih,rindu, dan bersalah. Ternyata benar dia berada di sini di
hadapanku.
Tuhan memang baik telah memberiku satu kesempatan lagi untuk
melihatnya. Membuat satu
kenangan terakhir yang akan selalu kukenang seumur
hidupku.
“Kau sama sekali tidak menangis
dipemakamanku ya!! Ditambah kamu malah makan permen
dengan santainya kau
egois.”
“mwo? Donghae oppa?!” ucapku
terkejut dengan kehadirannya.
“Soojin-ah, kamu bisa melihatku?
Aku kira kamu tidak akan bisa melihatku lagi.”
“Ka...kamu benar-benar Donghae oppa?
Tapi oppa kau kan sudah meninggal hari ini, karena
kecelakaan. Aku sendiri
sudah melihatnya. Tapi bagaimana bisa kau berada di sini sekarang?”.
Kuberanikan tanganku untuk
menyentuhnya, aku ingin menyentuhnya, menyentuh tangannya. Tapi
ketika aku
ingin menggenggamnya hanya angin yang kurasakan. Apa yang terjadi sebenarnya?
Kenapa aku tidak bisa menyentuhnya. Bahkan ketika pandangan kami bertemu semua
yang ada
dibelakang Donghae oppa dapat ku lihat.
“Apa kau kaget Soojin? Karena kau
tidak bisa menyentuhku. Aku sudah menjadi arwah, aku
sepertinya belum bisa
pergi kesana.” Ucapnya sambil menunjuk langit biru diatas kepala kami.
“Ar...Arwah ?”
“iya arwah , atau kamu akan
menyebut oppa sebagai hantu. hahhahaah”.
Tawanya sudah lama aku tidak
melihatnya. Sudah lama aku tidak melihat wajahnya itu ketika
tertawa ataupun
hanya sekedar tersenyum. Aku merindukan senyuman yang hanya ditujukan
padaku.
Aku merindukan dia yang selalu berada di sampingku. Tapi semuanya berubah
ketika oppa
merelakan mimpinya untukku.
******
---------FLASHBACK ON------
“Soojin-ah , apa kau melihat permainan
superku?”
“Terlewatkan.”
“Yak!! Padahal aku membuat
keajaiban. Kamu harus perhatikan baik-baik di pertandinganku
minggu depan.”
Tentu saja itu bohong, mana
mungkin aku melewatkan untuk melihat aksinya. Meski tak ingin
mataku selalu
tertuju padamu, tertuju pada permainan hebatmu ketika menggiring bola. Apapun
yang kukatakan kau selalu tertawa. Kau tidak pernah marah padaku, sekalipun kau
ingin . Meski
aku takkan bisa jujur untuk selamanya tentang perasaanku.
“Pakai ini untuk menutupi luka
oppa agar tidak terkena debu.” Ucapku sambil memberikan sebuah
plester luka
pada Donghae oppa.
“ah aku sampai lupa , gomawo.”
Tawanya disela ucapannya.
Dia selalu berada disampingku
ketika aku membutuhkan pertolongannya dan begitu sebaliknya.
Donghae oppa
selalu berkorban untukku, walaupun itu akan membuatnya sedih. Tapi oppa selalu
melakukannya dengan senyuman, dengan tawanya. Oppa benar-benar malaikat
pelindungku.
*****
Hari ini songsaenim menyuruhku
membawa tugas kelas keruangannya di lantai dua. Padahal tugas
ini adalah tugas
yang paling berat. Tanpa ada bantuan dari yang lainnya , aku berharap malaikat
pelindungku datang tepat pada waktunya. Tiba-tiba aku kehilangan keseimbangan
dan ....
“Soojin-ah...”
bukkkk. Aku terjatuh menimpa
seseorang dan dia memelukku. Bau parfumnya aku sangat
mengenalnya. Seberusaha
apapun aku ingin melepaskan diriku dari pelukannya dia tetap tidak ingin
melepaskanku.
“Jebal , tetaplah berada di
pelukanku.”
Ternyata alasan oppa tidak ingin
aku melepaskan pelukannya karena oppa tidak ingin membuat aku
merasa bersalah,
Karena menyelamatkanku kakinya menjadi patah. Dan akhirnya dia tidak bisa
mengikuti pertandingan sepak bola minggu depan. Walaupun dia tidak ingin aku merasa
bersalah
tapi tetap saja aku merasakan perasaan bersalah.
“Donghae oppa, maaf karena aku
oppa jadi tidak bisa mengikuti pertandingan sepak bola minggu
depan.”
“ahahah... maaf kamu jadi melihat
oppa yang sedang payah ini. Babo , kamu ngomong apa ? ini
adalah sebuah
kecelakaan yang tidak disengaja. Tidak masalah untuk oppa jika harus di
keluarkan
dari pertandingan. Nanti setelah oppa sembuh oppa akan berpartisipasi
di piala dunia heheheh.”
Ucapnya disamping telingaku, karena Donghae oppa
sekarang sedang memelukku. Kenapa disaat
seperti ini oppa masih bisa
tertawa.... Batinku.
“oppa seperti orang bodoh yang
selalu mengatakan hal yang sama sambil tersenyum.Itu yang
kubenci dari oppa,
mulai sekarang jangan mengajakku bicara lagi.”
Aku terus menjauh, menjauh dari
hadapannya lebih tepatnya aku pergi meninggalkan Donghae
oppa yang mematung
ditempat. Padahal akan lebih baik jika dia marah dan memakiku, maaf karena
mungkin aku tidak akan bisa memperlihatkan perasaanku. Aku tidak bermaksud
untuk membuatmu
merasa bersalah lagi, aku tidak ingin melihatmu selalu
terbebani dengan kecerobohanku. Maka dari
itu bencilah aku untuk selamanya,
jika itu bisa mengurangi kepedihanmu. Aku merelakannya.
----------- FLASHBACK OFF
--------------
Itu adalah kenangan yang
tiba-tiba terlintas diotakku. Alasan kenapa aku tidak pernah melihat
senyumannya itu, melihat tawanya , mendengar candaanya lagi. Tapi hari ini
tuhan memberiku
kesempatan satu kali lagi untuk bersama dengan Donghae oppa.
Memberikanku kesempatan untuk
memperbaiki semuanya.
“kajja kita pergi.”
“ne? Kemana kita akan pergi oppa
?”
“mencari hal yang masih menahanku
disini. Ada hal yang sangat ingin oppa lakukan dihari
kecelakaan oppa . tapi
oppa tidak ingat sama sekali. Makanya aku ingin melakukan hal yang sama
dengan
hari itu ,temani oppa ya.”
Soojin POV End
Mereka terus berjalan ke arah
taman yang letaknya di tengah kota seoul ini. Setelah sekian lama
mereka tidak
berbincang-bincang kini mereka kembali di persatukan dengan perbedaan wujud
diantaranya. Setelah mereka berjalan selama 20 menit kini mereka sudah berada
ditaman itu.
“Ada yang oppa ingat ditaman
ini?”
“sama sekali tidak ada yang
kuingat, tapi aku bertemu pacarku disini. Setelah itu....” ucapnya
terhenti.
“payah”
Tiba-tiba soojin dan Donghae mendengar
tangisan dari anak kecil yang tepat dihadapan mereka. Dia
terus menangis karena
tidak diperbolehkan ikut bermain sepak bola bersama teman-temannya.
Donghae yang
memang memiliki bakat dipermainan sepak bola dia menyuruh soojin untuk
membantunya.
“soojin-ah kamu ajari dia bermain
sepak bola ya.”
“hah?! Aku kan tidak bisa bermain
sepak bola.”
“kamu hanya menyampaikan semua
yang oppa katakan padanya. Hanya itu yang perlu kau
lakukan,cepat.”
Dengan terpaksa soojin menuruti
apa yang diperintahkan Donghae padanya. Dia terus berjalan
kearah anak itu.
Semakin dekat dan dekat... soojin yang memiliki naluri seorang kakak dia segera
memeluk anak itu.
“kamu baik-baik saja? Dari yang
aku lihat kamu kurang pintar menembakkan bola ke arah
gawang.”
“noona ini berkata apa? Apa noona
ingin menghinaku juga seperti mereka menghinaku.”
“aniyo, noona hanya ingin
mengajarimu bermain bola agar kamu tidak dihina lagi oleh mereka .
intinya kamu
harus menentukan kemana kamu akan menembak. Gunakan tangan untuk
menyeimbangkan,
lakukan sambil melihat bola baik-baik. Incar gol dengan kaki kananmu.”
Dan shoottt... tendangannya tepat
pada sasaran, Kesenangan terpancar dari anak itu. Begitupun
dengan Soojin dan Donghae
yang merasa kalau mereka telah berhasil membuat anak itu tersenyum
kembali. Ketika
melihat anak itu Donghae seolah-olah sedang bercermin karena ia seperti melihat
dirinya sendiri. Sebagian memori mulai terlintas di otaknya. Tapi entah mengapa
memori yang
paling penting dihidupnya sama sekali tidak terlintas dibenaknya.
“gol... kelahiran pemain sepak
bola korea baru.” Teriak soojin pada anak itu.
Donghae terus memandang soojin
yang tengah tertawa dengan terus menggandeng tangan anak itu.
Ini adalah
terakhir kalinya dia akan melihat senyum soojin dengan jarak yang sangat dekat.
Karena
setelahnya dia akan melihat senyum soojin dengan jarak yang sangat jauh.
Hatinya merasa gundah
akan hal ini. Ia mulai merasa kalau tuhan tidak adil
padanya. Karena ia belum bisa mengatakan
perasaan sebenarnya kepada Soojin
seumur hidupnya.
“yak!! Soojin-ah berikan hadiah,
kau bawa sesuatukan?”
“sebentar ya noona punya hadiah
untukmu, ini.”
Donghae terus memandang ke arah
permen yang sedang dipegang oleh soojin. Memorinya mulai
berputar seperti roll
film. Ia mulai teringat dengan kisah kehidupannya. Tentang siapa yang telah
memberi permen itu padanya dulu. Mungkin ini adalah sebagian memori yang
Donghae butuhkan
agar bisa pergi dengan tenang.
“soojin-ah apa kamu juga menyukai
permen itu?”
“oh.. ne, tapi tidak terlalu.
Hanya saja ketika moodku buruk aku selalu memakan permen ini.”
Kini ia juga merasa takut, takut
karena tidak bisa melihat Soojin dengan jarak sedekat ini lagi. Entah
perasaan
apa yang harus ia rasakan saat ini. Apakah senang karena ia akan terbebas dari
dunia ini.
Ataukah sedih karena mungkin ini adalah terakhir kalinya mereka bisa
bersama dengan jarak
sedekat ini. Donghae mulai menyalahkan takdir buruknya
ini. Tapi ia juga bersyukur karena tuhan
masih berbaik hati padanya, dengan
memberikan satu kesempatan lagi untuk bisa bertemu Soojin.
“oppa , apa yang sedang oppa
pikirkan. Bukankah oppa seharusnya senang karena anak itu akan
menjadi penerus
oppa. Karena oppa sendiri yang mengajarinya” ucap Soojin pada Donghae yang
masih terjerumus dalam lamunannya.
“ah... mollayo. Apa oppa harus
bangga atau tidak oppa juga tidak tau. Tapi sempat ketika kamu
memberikan
permen pada anak itu sebagian memoriku mulai masuk.”
“jinja? Bukankah itu bagus.
Dengan begitu oppa bisa pergi dari dunia ini dengan tenang tanpa ada
beban.”
Ucap Soojin kepada Donghae seakan-akan soojin sedang menunjukan kesedihannya
pada
Donghae.
Soojin ingin menangis tapi
seberapa inginnya dia untuk menangis itu tidak akan mampu
membuatnya untuk
menangis. Matanya memang tidak menunjukan kalau ia sedang bersedih tapi
hatinya
siapa yang tau? Hanya dia dan tuhan yang tau isi hatinya yang sebernarnya. Ia
ingin sekali
memeluk Donghae untuk selama-lamanya. Tapi ia akan menjadi orang
yang paling egois jika
melakukan itu. Dengan dia berkata seperti itu ia takut kalau
Donghae akan tertahan lebih lama
didunia ini.
“ne itu memang bagus. Kau ingin
mendengar cerita oppa tentang permen itu.”
“tentu.”
“Itu adalah permen dari
ingatanku, setiap habis latihan individu pasti ada permen itu diatas
barang
barangku. Aku selalu berusaha mencari orang yang memberi permen itu
secara diam-diam padaku.
Tapi suatu ketika tepatnya ketika aku merasa sedih
hanyoung datang kepadaku dan memberikan
permen itu padaku dengan berkata ‘akan
kuberikan permen ini untukmu jadi semangatlah’ itu
adalah kata-kata yang
selalu membuatku bangga dengan hanyoung. Tapi walaupun begitu entah
mengapa
hatiku tidak pernah bisa tenang. Ah , sudahlah lebih baik kita ketempat
selanjutnya.”
DEG ... DEG... DEG
Donghae terus melangkah
meninggalkan soojin yang kini hanya bisa mematung ditempatnya.
Pernyataan
donghae membuatnya merasa sedih . “jadi itulah alasan mereka pacaran , tapi apa
yang akan kau
lakukan dan katakan sekarang jika sebenarnya selama ini yang selalu
memberimu
permen adalah aku. Seandainya aku bilang aku yang memberikannya , apa
sekarang
hubungan kami akan berbeda” batin soojin yang mengutuk dirinya sendiri.
********
Langkah mereka berlanjut menuju
salah satu kuil. Alasan mereka menuju kuil itu karena Donghae
merasa kalau
didalam kuil ada sebagian memori yang sangat-sangat penting yang mampu membuat
ia ingat semua kehidupannya sebelum ia terlibat kedalam kecelakaan yang merenggut
nyawanya itu.
“kamu benar-benar akan memilih
jalan ini ya han soojin?”
“tentu, karena jalan ini adalah
jalan yang paling cepat menuju kuil.”
“apa karena kau ingin cepat-cepat
menuju toilet.”
Donghae dan Soojin memilih jalan
pintas agar mereka mampu kekuil itu dengan cepat. Mereka
mulai melewati
semak-semak yang tingginya sedada Soojin. Mereka tidak terlalu merasa sulit
melewati semak-semak itu , walaupun sebenarnya yang melewati semak-semak itu
hanya Soojin
karena Donghae sama sekali tidak menyentuh dedaunan itu.
Mereka kini sudah tepat berada
disisi tebing menuju kuil itu. Pemandangan dari atas tebing ini
memang indah.
Tapi donghae selalu berpikir keindahan dari atas tebing ini mampu dikalahkan
oleh
wajah soojin. Bagi donghae keindahan sebenarnya adalah soojin bukan
pemandangan yang dibuat
oleh tuhan .
“wah... akhirnya kita sampai,
hanya beberapa langkah lagi kita akan sampai kekuil itu oppa” ucap
soojin
dengan memandang wajah donghae .
“kau benar soojin, sebentar lagi
kita akan sampai kedalam kuil itu.”
“kalau begitu cepat kita bergegas
oppa, jika tidak oppa tidak akan bisa tenang.”
“iya oppa mengerti, tapi
hati-hati ketika akan turun karena tebing ini sangat licin.”
“arraso, aku mengerti oppa.” Ucap
soojin dan mulai menurunkan satu kakinya ketebing itu. Hyaa...
teriaknya.
Baru saja donghae memperingati
soojin agar berhati-hati ketika akan turun dari atas tebing itu.
Soojin yang
memang sangat ceroboh membuatnya terjatuh kedasar tebing itu. Sebelum soojin
terjatuh kedalam dasar tebing donghae sebenarnya berusaha untuk menolong
soojin.
Donghae berusaha untuk menggapai
tangan soojin. Tapi karena wujudnya yang sekarang yaitu
arwah membuatnya tidak
bisa menggenggam tangan soojin. Ia merasa kesal dengan wujudnya
sekarang, ia
sekarang tidak bisa menjadi malaikat pelindung bagi soojin untuk sekarang
ataupun
selamanya. Donghae hanya mampu menunjukkan kekesalannya dengan
mengepalkan tangannya
dengan kencang. Tapi setelahnya ia segera turun untuk
menghampiri soojin yang terluka.
Sebenarnya donghae juga terluka.
Baginya ketika soojin menangis ia juga akan merasakan
kesedihan dan ingin menangis.
Ketika soojin tertawa bahagia ia juga akan merasa bahagia. Ketika
soojin
terluka maka ialah yang akan mersakan sakit yang teramat perih dihatinya karena
ketika
soojin terluka maka ia telah gagal menjadi pelindung bagi soojin.
“soojin-ah , kenapa kamu ceroboh
sekali? Kan sudah oppa bilang kalau tebing itu licin.”
“mianhae oppa, bukan maksud aku
ceroboh, hanya saja aku kurang hati-hati.”
“oppa tidak menyalahkanmu, tapi
oppa sekarang sudah tidak bisa menolongmu lagi. Maka dari itu
berhati-hatilah
soojin.”
“begitu ya, baiklah mulai
sekarang dan seterusnya aku akan lebih berhati-hati lagi. Karena mulai
sekarang
dan seterusnya aku akan kehilangan oppa yang selalu menjagaku.”
“Begitu, baguslah oppa jadi
sedikit lega. Mulai sekarang oppa akan memegang omonganmu.”
‘Kenapa oppa selalu baik padaku
?! tubuhku mulai bergetar karena perasaanku pada donghae
oppa.’ Batin
soojin berucap kembali. Donghae dan soojin membatalkan niatnya untuk pergi
kekuil.
Donghae lebih memilih melanjutkan pencariannya kejalan dimana donghae
mengalami kecelakaan.
Ada perasaan khawatir dengan luka soojin yang terlihat
sangat jelas di lututnya. Jalannyapun
tertatih. Tapi ketika soojin ditanya
tentang keadaanya dia selalu berkata tidak apa-apa.
“apa ada yang oppa ingat dengan
jalan ini?” tanya soojin pada donghae yang sedang berusaha
mengingat tempat ini.
“aku hanya ingat berlari kejalan
ini setelah dari kuil dengan perasaan senang dan membawa sebuah
kotak yang
entah apa isinya karena aku lupa. Dan aku juga tidak tau sebenarnya aku ingin
kemana?
Hanya itu ingatan yang aku ingat dari tempat ini dan...”
Belum sempat donghae melanjutkan
ucapanya ada seseorang dari belakang mereka yang
memanggil-manggil nama soojin.
Donghae sangat kenal dengan suara itu, suara itu sangat tidak
asing di telinga
donghae.
“soojin-ah.”
DEG
“hanyoung eonni, apa eonni yang
sedari tadi memanggilku?”
“ne, aku memanggilmu dari tadi.
Aku sempat mencarimu disekeliling rumah duka tapi aku tidak
menemukanmu.
Kebetulan sekali ketika aku akan pulang kau sedang berjalan dijalan ini
sendirian.”
Ya sendirian , karena hanyoung
tidak bisa melihat donghae yang tepat berada di samping soojin .
soojin merasa
bersalah karena hanya dia yang mampu melihat donghae. Soojin merasa takut jika
tiba-tiba tuhan mengijinkan hanyoung untuk melihat donghae. Jahatnya dunia ini
walaupun begitu
soojin merasa lega.
“soojin-ah, eonni hanya ingin
meminta maaf padamu.”
“meminta maaf? Eonni meminta maaf
untuk apa ?”
Sebelum hanyoung meneruskan
ucapannya. Hanyoung memasukan tangan kanannya kedalam saku
jas sekolahnya.
Entah apa yang ia ambil dan akan ia berikan kepada soojin. Diam-diam soojin
terus
memandang wajah hanyoung yang mulai terlihat tegar . Mungkin sekarang
hanyoung sudah mulai
bisa menerima kepergian donghae pikir soojin.
“ini, aku ingin mengembalikan
barang milikmu.” Hanyoung memberikan permen yang dia ambil di
dalam saku jas
sekolahnya.
“eonni bukankah ini permen yang
selalu dimakan donghae oppa.”
“ne, itu permen yang selalu dia
makan. Karena dia selalu memakannya, aku ingin memberikan
permen yang sama
dengan yang dia makan. Tapi sangat sulit untuk mendapatkan permen itu. Ketika
aku lewat didepan kelasmu aku melihat kamu memakan permen itu makanya aku
memohon padamu
untuk memberikan permen itu untukku.”
“eonni hentikan ucapanmu” mohon
soojin pada hanyoung. Tapi hanyoung seakan tidak
menghiraukan omongan soojin.
“dia sempat menanyakan tentang
permen itu saat kita pacaran, tapi aku tidak bisa bilang kalau itu
dari orang
lain. Sebenarnya permen yang selama ini selalu diberikan untuk donghae oppa
secara
diam-diam itu dari soojin kan?”
Tidak hanya soojin yang merasa
terkejut, tapi donghae lebih terkejut lagi. Kenapa semua ini bisa
terjadi
dengannya , orang yang selama ini dia harapkan ternyata secara diam-diam selalu
perhatian
padanya. Donghae benar-benar merasa bersalah kenapa dia tidak pernah
menyadari perasaan soojin
sebenarnya. Selama ini donghae selalu merasa kalau
cintanya bertepuk sebelah tangan. Sehingga ia
menerima begitu saja kebaikan
orang yang baru ia temui. Sedangkan orang yang selama ini selalu
ada untuknya
ia abaikan.
“tapi, kalau donghae oppa tidak
mencintai eonni kenapa oppa berpacaran dengan eonni? Tapi
nyatanya oppa
menjalin hubungan dengan eonni kan? Itu tandanya oppa memang benar-benar cinta
dengan eonni.” Ucap soojin dengan suara yang mulai parau, karena sedari tadi
soojin menahan
tangis.
“aniyo, sebelum kecelakaan dia
menyuruhku untuk datang ketaman belakang sekolah dan dia
memohon padaku untuk
mengakhiri hubungan kami. Aku masih mengingat ucapannya sebelum dia
pergi
meninggalkan taman. Dia bilang kalau ada orang yang ia sayang dan butuh
perlindungannya.
Semenjak itu aku tau kalau dia tertekan dengan hubungan kami.”
“cukup eonni, hentikan jebal !
aku tidak ingin dengar lagi. Aku tidak ingin dengar lagi tentang
kebenaran
ini.”
Ucap soojin berteriak tidak
terima pada kebenaran yang ia dengar dari hanyoung. Air mata yang
sedari tadi
ia tahan, sudah tidak bisa dibendung lagi. Hati yang selama ini ia buat tegar
akhirnya
luluh juga. Soojin berlari meninggalkan hanyoung yang hanya mampu
memandang dari kejauhan.
Donghae yang mendengar ucapan hanyoung tentang fakta
sebenarnya segera mengejar soojin.
Soojin kini sudah berada didalam
kuil, dimana kuil ini sebenarnya adalah tujuan kedua mereka
untuk membuat
ingatan donghae kembali. Tapi sekarang kuil ini adalah saksi bisu perasaan
soojin.
Donghae sudah berada di hadapan soojin. Tapi soojin masih terhanyut
dalam tangisannya. Ingin
sekali donghae ikut menangis. Tuhan mulai memberikan
keajaibannya, entah bagaimana caranya
donghae yang mula-mula tidak bisa
menyentuh tangan soojin. Sekarang ia mampu menghapus air
mata soojin yang sudah
menggenang.
“soojin-ah ternyata selama ini
permen yang berada di atas barang-barangku semuanya darimu?
Kamu selalu melihat
oppa latihan sendiri,dan sengaja menaruh permen? Begitukan !!”
KREK....KREK....KREK
Bunyi itu berasal dari papan
harapan yang ada didalam kuil itu. Papan harapan adalah papan ukuran
persegi
yang dibuat untuk menulis harapan setiap orang. Dan harapan yang telah ditulis
dipapan itu
akan diberkati oleh para pengurus kuil. Dari sekian banyak harapan
orang-orang yang menulis
dipapan itu. Secara kebetulan ada papan harapan yang
membuat hati donghae meringis sedih. Papan
itu ditulis oleh han soojin gadis
yang selama ini ia sayangi.
KREK...
“semoga luka yang diderita
donghae oppa lekas sembuh –Han Soojin”
“semoga donghae oppa bisa
bertanding lagi di kejuaran nasional – Han Soojin”
“semoga donghae oppa bisa menjadi
pemain inti –Haan Soojin”
“semoga oppa bahagia dengan
hanyoung eonni –Han Soojin”
Donghae terus memandang soojin
dengan nanar. Ia merasa terpukul, bagaimana tidak ternyata
selama ini soojin
terus berharap untuknya. Soojin selalu mendoakan yang terbaik untuknya. Kenapa
ia tidak pernah menyadarinya. Semua ini tidak adil baginya dan juga soojin.
“ini hanya kebetulan karena kuil
ini dekat dengan rumah”
Soojin berusaha mengalihkan
pandangannya dari donghae dengan memunggungi donghae. Donghae
mulai mendekati
soojin dan memeluk soojin dari belakang. Soojin yang merasakan sentuhan hangat
itu dari donghae mulai tidak bisa menahan tangisnya lagi.
“soojin-ah, oppa mulai ingat
semuanya. Dihari kecelakaan oppa berlari kearah rumahmu untuk
mengatakan kalau
oppa tidak bisa lepas dari sisimu. Dan oppa juga ingin mengatakan kalau oppa
mencintaimu. Mencintai bukan sebagai adik ataupun teman, tapi sebagai seorang
yeoja. Kamu tidak
taukan soojin-ah?” tanya donghae ditelinga soojin.
Soojin segera membalikkan
badannya mengahadap donghae, air matanya terus mengalir dipipinya.
Air mata
yang selama ini ia tahan sudah tidak bisa dihentikan lagi. Kesedihan yang
selama ini ia
kubur dalam-dalam dihatinya, telah ia gali sehingga menyisakan
lubang kosong. Percuma selama ini
ia kubur dalam-dalam kisah cintanya tapi akhirnya
ia harus menggalinya kembali, sungguh ironis.
“selama ini oppa selalu
memikirkanmu, oppa lebih memilih melepas cita-cita oppa, dari pada oppa
harus
dibenci oleh soojin. Biar orang bilang cinta oppa itu sesaat untuk soojin ,
tapi sebenarnya
perasaan sayang dan cinta oppa untuk soojin tidak akan pernah
hilang. Kau juga perlu tau selama ini
oppa selalu mengawasimu dari jauh. Oppa
terlalu penakut untuk memperbaiki semuanya.”
Soojin mulai kesal dengan
kehidupannya . ia ingin sekali menyalahkan tuhan, tapi bagaimanapun
juga soojin
dan donghae didunia ini adalah seorang aktor dan aktris yang harus
menyelesaikan
aktingnya dengan profesional. Bagaimanapun juga tuhanlah
sutradaranya. Soojin terus mengepal
tangannya menahan amarah.
“ tapi selama ini oppa selalu
tertawa demi aku, bahkan sampai memaksakan diri agar bisa selalu
menjadi
malaikat pelindungku.” Ucap soojin dengan isak tangis.
“bagaimana denganmu, ketika oppa
meninggal kau bahkan tidak menangis sedikitpun.”
“bukannya tidak mau menangis,
tapi aku tidak bisa menangis. Karena kalau aku menangis aku
seperti mengakui
kalau oppa sudah benar-benar pergi meninggalkan dunia ini” tangisnya, dan....
CHUU...
Bibir hangat donghae menyentuh
bibir soojin, perlakuan yang donghae berikan saat ini seperti
sebuah mimpi yang
menjadi nyata dibenak soojin. Belum pernah ia harapkan kalau ia akan dicium
oleh donghae. Tidak hanya soojin yang menangis tapi donghaepun menangis karena
ini menjadi
salam perpisahan diantara mereka.
“aku selalu ingin melakukan ini
dengan soojin. Aku ingin terus hidup, tapi kenyataannya aku sudah
meninggal”.
“ kenapa aku tidak menyatakan
perasaanku lebih cepat ?!”
“jangan menangis, tapi oppa
senang karena oppa melewatkan hari terakhir oppa dengan soojin.”
“jangan pergi oppa, jebal !! aku
tidak bisa hidup tanpa oppa. Siapa yang akan menjadi malaikat
pelindungku
lagi?”
“soojin, seberapa besarpun kau
memohon pada tuhan agar oppa tidak pergi. Tapi oppa akan tetap
pergi. Oppa
hanya hidup 18 tahun didunia ini. Dan oppa bangga dengan kehidupan oppa yang
singkat ini.”
“andwe... hiks”
“tawamu dan semua hal tentangmu
akan selalu oppa ingat dikehidupan baru oppa. Karena cinta
oppa selamanya akan
selalu berada didalam hatimu cinta oppalah yang akan menjadi malaikat
pelindungmu.”
“aku juga akan selalu mengingat
semua tentang oppa selamanya.”
“carilah pengganti oppa, carilah
malaikat pelindungmu. Dialah yang akan menjadi pengganti oppa
untuk
selama-lamanya. Jangan biarkan malaikat cantik oppa ini sendirian didunia ini.”
Ucap
donghae dengan tersenyum dan sedikit buliran bening yang menetes dari
sudut matanya.
“entah aku bisa atau tidak,
karena bagiku malaikat pelindung sebenarnya adalah oppa. Tidak akan
ada yang
bisa menggantikan posisi oppa dihatiku. Akan sulit untuk membuka lembaran baru
ataupun membuka hatiku untuk orang lain. Karena hanya oppalah yang mampu
menjadi malaikatku,
hiks.. jebal jangan pergi oppa.” Tangis soojin benar-benar
tidak bisa ia tahan lagi.
Donghae kembali memeluk soojin
dengan erat seakan-akan ia tidak ingin melepaskan soojin untuk
kedua kalinya.
Tapi sepertinya waktu donghae mulai habis badanya mati rasa. Ia mulai tidak
bisa
merasakan badan soojin lagi. Sebelum ia benar-benar pergi donghae kembali
mencium bibir soojin
untuk terakhir kalinya. Dan setelah ia mencium bibir
soojin donghae benar-benar pergi untuk
selama-lamanya.
“oppa aku menyukai... seharusnya
kukatakan lebih cepat. Walaupun oppa sudah mengatakan kalau
oppa mencintaiku,
tapi aku belum sempat menjawab. Aku juga mencintaimu semenjak kita bertemu
ditaman. apapun yang telah terjadi oppa akan selalu berada di sini, dihatiku.”
Ucapnya lemas tak berdaya, soojin
terduduk ditanah tanpa memikirkan pakaiannya yang akan kotor.
Tangisnya tidak
bisa ia hentikan walaupun ia ingin. Kenapa selama ini ia tidak memberikan
banyak
waktu untuk donghae. Memberi kesempatan untuk donghae merasakan arti
cinta sebenarnya yang
keluar dari hati mereka masing-masing.
“donghae oppa, sepertinya tuhan
mengabulkan permohonan terakhirku. Oppa, pasti sekarang
sedang tertawa
melihatku seperti ini kan? Tapi tak apa asalkan oppa tak sedih, dan tak
memiliki
kenangan menyakitkan!! Maka tertawalah, Dengan begitu oppa tidak akan
terbebani lagi.”
**********
-------------- 1 TAHUN KEMUDIAN
---------------
Hari ini tepat tanggal 20 juli
adalah peringatan 1 tahun donghae meninggal. Selama ini soojin selalu
menyempatkan datang ke makam donghae untuk mengunjunginya dan mengganti buket
bunga di
makam donghae. Walaupun sekarang donghae sudah tertidur dengan tenang
didalam makam ini.
Soojinlah yang akan selalu memperhatikannya.
Bahkan ketika musim dingin tiba,
soojin datang kemakam donghae. Soojin datang kemakam
donghae ketika winter
untuk membersihkan salju yang menutupi makamnya. Ketika musim gugur
tiba soojin
akan membersihkan daun-daun disekitar makam donghae.
Bagi soojin makam donghae adalah
badan donghae. Didalam makam itu ada donghae namja yang ia
sayang. Jika makam
donghae kotor maka ia telah gagal menjadi malaikat pelindung bagi donghae.
Penampilan donghae sekarang ditentukan oleh kebersihan makamnya.
Walaupun penjaga makam selalu
mendatangi makam donghae untuk membersihkannya. Tapi soojin
selalu memohon agar
makam donghae di rawat olehnya. Tepat dihari ini juga eomma donghae
datang
mengunjungi makam putranya. Dan ini juga merupakan kali pertama mereka bertemu
kembali setelah pertemuan mereka dirumah duka.
“han soojin, jadi selama ini kamu
nak yang selalu mengganti buket bunga dimakam putraku?”
“ne, ahjumma . mianhae kalau
ahjumma tidak suka.”
“aniyo, ahjumma suka bahkan
sangat berterima kasih karena jika bukan kamu siapa yang akan
selalu
membersihkan dan mengganti buket bunga ini.”
Ucap eomma donghae pada soojin
yang selama ini sudah ia anggap seperti anaknya sendiri.
Pandangan mereka kini
beralih ke makam donghae. Ibu donghae segera duduk disamping makam
donghae dan
mulai berdoa untuk putranya itu. Penghormatan yang ia lakukan sudah selesai,
dan ia
kembali berdiri menghadap soojin.
“oh iya soojin , ini ahjumma
temukan diatas meja donghae. Sepertinya ini barang yang belum
sempat donghae
berikan untukmu.” Ucap eomma donghae dengan memberikan kotak berisi kalung
yang
selama ini soojin inginkan dan berisi secarik kertas ‘ini kado ulang tahun untukmu
yang
tertunda.’ Dan juga satu papan harapan dari kuil.
“apakah permohonanku
tersampaikan? Semoga soojin bahagia. –Lee Donghae”
Tangis yang selama ini ia tahan
agar tidak keluar lagi. Ternyata gagal, lagi dan lagi soojin harus
memperlihatkan kerapuhan hatinya. ‘angin lembut yang membelai pipiku. Seperti
mengusap air
mataku, akan kudoakan seumur hidupku. Dan aku tidak akan pernah
melupakan kenangan
terakhir kita oppa’. Last love,Last kiss, Last hug
adalah kenangan yang tidak akan pernah
terlupakan di kehidupan mereka. Walaupun
sebenarnya cinta mereka akan tetap abadi di hati
masing-masing.
Tanpa soojin tau donghae selalu
memandangnya dari atas langit. Donghae juga menangis ketika
melihat keseharian
soojin yang selalu menjaganya. Tapi ia juga bahagia walaupun wujudnya sudah
tidak nampak. Tapi soojin masih memliki cinta yang sangat besar untuknya. ‘gomawo
karena kamu
masih menyimpan cinta yang besar untukku. Tapi maaf karena hanya
hembusan angin yang
seolah-olah menghapus tangismu’. dalam kehidupan
sebenarnya tidak ada kata last tapi yang ada
kata next dan itulah kehidupan. Selamanya
kenangan akan selalu berada di dalam hati dan tidak
akan mudah untuk dilupakan.
‘Aku memohon pada langit, aku ingin melihatmu dan menjagamu lebih lama
lagi. Tapi
sekarang kita berbeda aku dilangit dan kau dibumi. Walaupun begitu
aku akan menunggumu
sampai dunia berakhir.’ – Lee Donghae
‘Hati ini pernah dicintai namun rasanya tak sebanding dengan sebuah
perpisahan. Aku
merindukanmu setiap kali memanggil namamu, setiap memanggil
namamu hatiku bergetar
maka sebanyak itulah aku mencintaimu.’ – Han Soojin
--------------- THE END -------------------
TBC
Hah.... akhirnya selesai juga,
maaf kalau gak membuat kalian puas dengan jalan ceritanya. Maaf
juga kalau aku
gak bisa buat kalian sampai nangis. Tapi inilah author yang seadanya ngebuat
cerita
ini. Jika banyak kesalahan aku minta maaf sebesar-besarnya. Ingat ya ini
adalah fanfiction yang aku
buat berdasarkan imajinasi. Jadi harap dimaklumin
kalau ada kesamaan dialog ataupun alur cerita.
Terimakasih yang mau baca dan
memberi saran
annyeong !!